KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN  - 
1. Kerangka Teoretis : 
Kerangka Teoretis dalam suatu penelitian berarti suatu rancangan, teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang konsep-konsep yang akan diteliti. Arikunto (2002:127) mengatakan bahwa, “kerangka teoretis merupakan wadah untuk menerangkan variable atau pokok masalah yang terkandung dalam penelitian”.

Penelitian yang membahas satu permasalahan haruslah didukung teori-teori dari pemikiran beberapa ahli dan penggunaan teori dalam suatu kebenaran. Mengingat pentingnya teori maka dalam uraian ini penulis akan memberikan uraian dari variabel yang akan diteliti.

Hakikat Strategi Pembelajaran Imajinasi
Kata Strategi pada mulanya sangat akrab di kalangan militer. Kata ini secara etimilogis berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” yang berarti pasukan dan “aegin” yang berarti memimpin. Secara umum strategi yang digunakan dikalangan militer sering diartikan sebagai seni memenangkan perang melawan musuh dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki secara maksimal. Namun, pada akhirnya kata tersebut tidak hanya dipergunakan untuk kepentingan militer saja berkembang keberbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tennis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi , strategi pembelajaran, dan lain-lain. Jadi kata srtategi dapat diartikan sebagai rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan –tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu yang umumnya adalah kemenangan.

Memahami tersebut, maka strategi identik dengan teknik atau siasat yang dilakukan untuk mencapai kemenangan. Pengertian tersebut akan semakin meluas apabila berubah menjadi strategi pembelajaran, maka pengertiannya akan meluas menjadi suatu cara atau seperangkat cara atau jalan yang dilakukan yang ditempuh oleh seorang guru atau murid dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingakah laku atau sifat. Hal ini senada dengan pendapat Sanjaya(2008:126) yang mengemukakan, “Strategi Pembelajaran adalah perenacanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. 

Berkaitan dengan hal di atas, Kemp (1995) dalam Sanjaya (2008:126) menyatakan, “Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.” Dari sumber yang sama, Dick dan Carey (1985) menyebutkan, “Strategi pembelajaran itu adalah suatu materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sana untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”. 

Sedangkan Sagala (2009:222) mengemukakan, “Strategi bila diartikan dalam belajar mengajar disebut sebagai pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar maengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan”. Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan berupa kegiatan perencanaan dan tindakan untuk mencapai pembelajaran yang ditetapkan.

Strategi imajinasi merupakan salah satu strategi dari 101 cara atau strategi yang digunakan dalam pembelajaran aktif (Active Learning). Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan pengguanaan semua potensi yang diperoleh oleh anak didik sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Pembelajaran aktif (active learning) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Pemberian metode pembelajaran aktif pada anak didik dapat membantu ingatan mereka. Hal ini dapat mengantarkan mereka kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kuarang diperhatikan dalam pembelajaran konvensional.

Ada banyak strategi yang dapat digunakan dalam menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (2009) mengemukakan 101 bentuk strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan tujuan yang diinginkan dapat dicapai anak didik. Salah satu diantara strategi yang terdapat dalam metode pembelajaran aktif dalam strategi imajinasi.

Strategi imajinasi menggunakan imaji visual. Melalui imaji visual, siswa dapat menciptakan gagasan mereka bersama. Cara ini juga berfungsi sebagai arah menuju proyek atau tugas independen yang pada awalnya mungkin tampak membuat siswa kewalahan.

Strategi imajinasi merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan membuat siswa mampu mengembangkan kemampuan untuk memfokuskan diri dan merenung. Strategi imajinasi dirancang untuk membuat siswa dapat belajar secara mandiri dengan caranya sendiri sehingga memberi siswa kesempatan untuk memikul tanggunag jawab pribadi atas apa yang mereka pelajari, sehingga melalui strategi ini diharapkan membantu siswa mendapatkan pengetahuan, dan sikap secara aktif dalam peningkatan kemampuan siswa menulis cerpen.

a. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Imajinasi
  1. Perkenalkan topik yang akan dibahas. Jelaskan pada siswa bahwa mata pelajaran ini menuntut kreativitas dan penggunaan imaji visual yang dapat membantu upaya mereka.
  2. Perintahkan siswa untuk menutup mata. Perkenalkan latihan relaksasi yang akan membersihkan pikiran-pikiran yang ada sekarang dari benak siswa.
  3. Lakukan latihan pemanasan untuk membuka pikiran mereka. Perintahkan siswa, menutup mata mereka, untuk berupaya menggambarkan apa yang terlihat dan apa yang terdengar, Ketika siswa merasa rileks dan terpanaskan (setelah latihan pemanasan) berikanlah sebuah imaji untuk mereka bentuk. Saran-saranya meliputi:
  • Pengalaman masa depan 
  • Suasana yang asing
  • Persoalan untuk dipecahkan
  • Sebuah pekerjaan yang menanti untuk dikerjakan
4. Sewaktu menggambarkan imajinya, berikan selang waktu hening secara reguler agar siswa dapat 
    membangun imaji visual mereka sendiri. Buatlah pertanyaan yang mendorong penggunaan semua indera.
5. Akhiri pengarahan imaji dan intruksikan siswa untuk mengingat imaji mereka. Akhiri pelatihan itu dengan 
    perlahan.
6. Perintahkan siswa untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dan berbagi pengalaman imaji mereka. 
   Perintahkan mereka untuk menjelaskan imaji mereka satu sama lain dengan menggunakan sebanyak 
   mungkin penginderaan. Atau perintahkan mereka untuk menuliskan apa yang mereka imajinasikan.

b. Kelebihan Strategi Pembelajaran Imajinasi
Silberman (2009:13-14) mengungkapkan beberapa kelebihan strategi imajinasi yang akan dijelaskan dalam pemaparan berikut:


1. Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal
a. Membantu tim: Membantu siswa lebih mengenal satu sama lain atau menciptakan semangat kerja dan 
    saling ketergantungan.
b. Membantu proses belajar secara langsung sehingga menimbulkan minat awal terhadap pelajaran.


2. Membantu Siswa Mendapatkan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap secara aktif
a. Proses belajar satu kelas penuh: Pengajaran yang dipimpin oleh guru yang menstimulus semua siswa.
b. Diskusi kelas : Dialog dan debat tentang persoalan–persoalan utama.

3. Menjadikan Belajar Tak Terlupakan
a. Dapat meningkatkan dan mengikhtisarkan apa yang dipelajari dapat mengevaluasi perubahan-perubahan 
    pengetahuan keterampilan atau sikap.
b. Dapat menentukan bagaimana siswa akan melanjutkan belajarnya setelah belajar terakhir.
c. Dapat menyampaikan pikiran, perasaan, dan persoalan yang dihadapi siswa.
c. Kelemahan Strategi Pembelajaran Imajinasi

Selain memiliki kelebihan, strategi pembelajaran imajinasi juga memiliki kelemahan, yaitu sebagai berikut:
  1. Strategi imajinasi hanya menjadi kumpulan kegembiraan dan permainan semata atau hanya sekedar bersenang-senang.
  2. Strategi imajinasi hanya berfokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari.
  3. Banyaknya waktu yang dihabiskan dalam strategi pembelajaran imajinasi
Hakikat Strategi Pembelajaran Ekspositori
Adapun strategi pembelajaran ekspositori adalah kegiatan pembelajaran, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh siswa dari apa yang diajarkan guru dan siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru.

Strategi ekspositori dalam Strategi Belajar Mengajar oleh Sudjana dikatakan bahwa :
Pendekatan ini bertolak dari pendekatan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran dikontrol dan ditemukan guru atau pengajar. Hakikat mengajar menurut Sudjana pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan oleh guru.

Menurut pandangan ekspositori, guru yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penutup secara lisan yang dikenal dengan istilah kuliah/ceramah. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang diberikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru. Komunikasi yang terjadi dalam pengajaran yang menggunakan pendekatan ekspositori adalah komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Maksud guru berperan sebagai penerima aksi. Guru yang aktif dan siswa yang pasif. Situasi ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.

Jenis komunikasi yang digunakan pada waktu mengajar turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Situasi komunikasi satu arah, menetapkan guru dalam kedudukan serba menentukan sehingga bisa menimbulkan sikap otoriter, sebaliknya siswa cendrung menjadi objek belajar bukan subjek belajar, siswa pasif dan tidak kreatif.

a. Langkah- Langkah Strategi Pembelajaran Ekspositori
1. Guru menjelaskan tujuan yang akan diajarkan.
2. Guru memberikan motivasi belajar dengan berbagai kegiatan.
3. Memberikan penjelasan singkat tentang sub-materi dalam garis besar.

b. Kelebihan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Sanjaya (2008:190), mengemukakan beberapa kelebihan strategi pembelajaran ekspositori diantaranya:
  1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
  2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
  3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui pembelajaran tentang suatu materi pembelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
c. Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori 
  1. Startegi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
  2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbebedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
  3. Karena strategi ini tidak mungkin diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
  4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung pada apa yang diberikan guru, seperti persiapan, pengtahuan, rasa percaya diri, semangat, antusias, motivasi, dan kemampuan mengolah kelas tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
Hakikat Kemampuan Menulis Cerpen
Menulis cerpen merupakan salah satu pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas, tepatnya di kelas X. Melalui pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menulis cerpen.

a. Pengertian Kemampuan Menulis
Kata “Kemampuan” berasal dari kata “Mampu” yang mendapat imbuhan ke-an. Kata tersebut dapat dipahami sebagai kecakapan dalam melakukan sesuatu dan dianggap mencapai tujuan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Depdiknas (KBBI,2009:2007) memuat, “Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan”. Senada dengan hal di atas Omar (1998:40) mengatakan, “Kemampuan identik dengan keterampilan, kemampuan sangat menghendaki tingkat kesadaran serta perhatian yang lebih tinggi”.

Lebih lengkap lagi, Asmah (1988:7) menyatakan, “Kemampuan identik dengan keterampilan, kemampuan sangat menghendaki tingkat kecerdasan serta perhatian yang lebih tinggi. Kemampuan terus-menerus menghendaki adanya tingakat kemampuan yang tinggi dan perlu pelatihan”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu tindakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk mengembangkan potensi diri melalu latihan yang terus- menerus.

Tarigan (2002:12) berpendapat “Menulis adalah merumuskan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang sehingga orang yang membaca grafik-grafik tersebut, kalau mereka memahami, bahasa dan garfik itu”. Sedangkan dalam Depdiknas (KBBI 2007:1080) “Kata menulis diartikan sebagai melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan.

Semi (1988:8) mengatakan bahwa “menulis atau mengarang pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan kedalam bentuk-bentuk lembaga bahasa. Dan memberikan gagasan pada benda lain dengan bentuk yang terbaca membuat huruf dan angka yang disusun menurut aturan tertentu sehingga mengandung maksud”. 

Dengan demikian menulis adalah pemindahan pikiran atau persaan bahasa dalam bentuk lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa sehingga mengandung maksud.

0 komentar:

Post a Comment