PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP ANAK JALANAN

Anak JalananAnak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja di jalanan kawasan urban, memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan, dan bimbingan sehingga rawan terkena gangguan kesehatan dan psikologi.

Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan merupakan anak yang berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari dalam 6 hari dalam seminggu.2 Akan tetapi, secara umum anak jalanan terbentuk dari dua kata yaitu “anak” dan “jalanan”. Anak mengacu pada usia yang hingga kini masih
beragam pendapatnya. Sedangkan jalanan mengacu pada tempat dimana anak tersebut beraktifitas.  Pembagian anak jalanan menurut UNICEF dibagi menjadi tiga kelompok14antara lain:

1. Street Living Children

Anak-anak yang pergi dari rumah dan meninggalkan orang tuanya. Anak tersebut hidup sendirian dan memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan keluarganya. Biasanya anak-anak ini sering disebut dengan gelandangan atau pungembel. Mereka biasanya tidak mempunyai tempat tinggal maupun pekerjaan
tetap.

2. Street Working Children
Disebut juga sebagai pekerja anak di jalan. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka di jalanan untuk bekerja baik di jalan atau pun di tempattempat umum untuk membantu keluarganya. Sehingga anak-anak ini masih memiliki rumah dan tinggal dengan orang tua mereka.

3. Children from Street Families
Anak-anak yang hidup di jalanan, beserta dengan keluarga mereka. 
Untuk jumlahnya sendiri, jumlah anak jalanan terus betambah setiap tahunnya. Lembaga Perlindungan Anak mencatat pada tahun 2003 terdapat
20.665 anak jalanan di Jawa Barat dan 4.626 di antaranya berada di kotamadya Bandung.3 Data dari PusdatinKementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak jalanan di seluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah Jabotabek serta 8000 ada di Jakarta.4 Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan. Dari data pada tahun 2005 terdapat 335 anak. Pada tahun 2007 didapatkan data sebanyak 416 menurut yayasan Setara Semarang.6 Peningkatan ini semakin signifikan tiap tahunnya, bahkan berdasarkan majalah Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah anak jalanan di Semarang mencapai hampir 2000 anak.

Menurut Moeliono dalam penelitian Mardiana mengenai perilaku belajar pada anak jalanan menyebutkan pada dasarnya tidak ada satu faktor tunggal yang menyebabkan anak berada, tinggal, maupun hidup di jalanan dan menjadi anak jalanan. Akan tetapi penyebabnya adalah banyak faktor (multifaktor) yang saling terkait satu sama lain sehingga dapat menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan. Faktor tersebut antara lain kemiskinan, faktor keluarga, dan pengaruh lingkungan. Kemiskinan, persoalan dalam keluarga atau hubungan keluarga yang buruk dan pengaruh lingkungan sebaya yang secara bersamaan dapat memberi
tekanan yang begitu besar pada anak sehingga meninggalkan rumah dan melarikan diri ke jalan untuk mencari kebebasan, perlindungan dan dukungan dari jalanan dan dari rekan-rekan senasibnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pada Masyarakat Universitas Semarang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa banyak faktor melatarbelakangi seorang anak menjadi anak jalanan antara lain kemiskinan (83,33%), keretakan keluarga (1,96%), orang tua tidak paham dan tidak memenuhi kebutuhan sosial anak (0,98%), dan lainnya adalah keinginan sendiri, sering dipukul orang tua, dan ingin bebas (13,7%).

Kemiskinan tetap merupakan salah satu faktor utama yang melatarbelakangi seorang anak menajdi anak jalanan. Akibatnya pendidikan pada anak jalanan pun menjadi terabaikan. Di Semarang kurang lebih 60,79% tidak bersekolah dan hanya 39,21% saja yang mengenyam pendidikan baik pendidikan TK, SD, SMP, ataupun SMA.5 Sehingga akses untuk memperoleh informasi untuk menambah pengetahuan pada anak jalanan pun menjadi terbatas.

PengetahuanMenurut Bloom yang maksud dengan pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya baik mata, hidung, telinga, dan sebagainya. Dengan sendirinya pada saat pengindraan dapat menghasilkan pengetahuan itu sendiri. Dan pengetahuan ini sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Meskipun, manusia memiliki banyak indra sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra
penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Akan tetapi secara sederhana faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua16, antara lain
a. Faktor Internal
Faktor ini tentu saja berkaitan dengan apa saja yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Baik pendidikan, pekerjaan, dan usia.

Pendidikan
Pengetahuan tentu saja diperoleh melalui proses belajar terhadap suatu informasi yang diperoleh seseorang. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Tentu saja pendidikan juga sangat diperlukan dalam bidang kesehatan untuk mendapat informasi misalnya saja untuk meningkatkan kualitas hidup maka diperlukan pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk mendapat maupun menerima informasi.

Pendidikan juga dibedakan menjadi 2 kategori yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan formal dapat diartkan sebagai proses pemberian informasi atau materi pendidikan dari pendidik kepada kelompok sasaran guna mencapai perubahan perilaku. Pendidikan tersebut dapat diperoloeh melalui lembaga pendidikan berjenjang dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, atau bisa juga melalui lembaga pendidikan yang mengkhususkan mempelajari suatu keterampilan atau keahlian tertentu seperti kursus menjahit, montir, dan lainnya. Sedangkan pendidikan non formal tentu saja pemberian informasi-informasi yang iberikan oleh lembaga non pendidikan kepada masyarakat baik melalui penyuluhan langsung maupun secara tidak langsung bisa melalui leaflet, pamflet, poster, radio, televisi, dan surat kabar.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah sebuah kegiatan berulang yang harus dilakukan seseorang terutama untuk menunjang kehidupannya. Pekerjaan akan berkorelasi dengan keadaan sosial ekonomi seseorang. Sehingga dapat memperbanyak kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan. Dengan keadaan sosial ekonomi yang baik,
maka kemampuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap informasi dan pengetahuan akan semakin baik. Tentu saja pekerjaan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pengetahuan.

a. Usia
Usia adalah waktu yang terhitung mulai saat seseorang dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Huclok, semakin cukup usia seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir danbekerja.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan dan faktor sosial budaya. Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku seseorang atau kelompok. Sedangkan yang dimaksud sistem sosial budaya adalah sistem yang ada pada masyarakat yang dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam menerima informasi.

Pengetahuan tentu saja sangat banyak macamnya. Karena dalam penelitian ini penulis lebih menitikberatkan pada pengetahuan kesehatan maka yang dimaksud dengan pengetahuan kesehatan adalah hal apa saja yang diketahui oleh orang atau responden mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sehat dan sakitataupun kesehatan, misalnya saja mengenai penyakit baik penyebab, cara penularan, maupun cara pencegahannya penyakit tersebut.

0 komentar:

Post a Comment