Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis - 1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar : Belajar adalah suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang relatif menetap. Menurut Syah (2010), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Sedangkan menurut Gagne dalam Suprijono (2009), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secra alamiah. 

Menurut Reber dalam Syah (2010), dalam kamus yang susunannya modern yang berjudul kamus psikologi membatasi belajar dengan dua macam defenisi yaitu belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif berlangsung sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Arthur dalam Sagala (2009), belajar yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Sedangkan Morgan dalam Sagala (2009), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Bertolak dari berbagai defenisi belajar yang telah diutarakan tadi, belajar secara umum adalah sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 

Bloom dalam Dewi (2010) mengklasifikasikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam satu dimensi, maka Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi dua dimensi, yaitu proses dan isi/jenis. Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan berkreasi (create). Sedangkan pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowlwdge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).

Sedangkan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sudjana (2010), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Sedangkan menurut Gagne dalam Suprijono (2010), hasil belajar berupa :
  1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
  2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
  3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
  4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
  5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Dari beberapa pendapat ahli diatas mudah dipahami bahwa hasil belajar merupakan perwujudan kemampuan intelektual yang dicapai dalam belajar. Setiap proses mengajar keberhasilannya diukur dari beberapa hasil belajar yang dicapai siswa. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

2. Teknik Pembelajaran Guide Note Taking
Adapun Guide Note Taking berisi 3 kata yakni guide, note dan taking. Secara etimologi guide berasal dari kata guide sebagai kata benda berarti buku pedoman, pemandu, dan sebagai kata kerja berarti mengemudikan, menuntun, menjadi petunjuk jalan, membimbing dan mempedomani. Sedangkan guide sebagai kata sifat berarti kendali. Note berarti catatan dan taking sebagai kata benda yang berasal dari take mempunyai arti pengambilan (Echols J.M dan Shadily, H. 2003).

Menurut Suprijono (2009) menerangkan bahwa Guide Note Taking adalah : pembelajaran diawali dengan memberikan bahan ajar misalnya berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik. Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengosongkan istilah atau defenisi dan menghilangkan beberapa kata kunci. 

Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar mereka tetap berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut. Setelah menyampaikan materi dengan ceramah sesuai, mintalah kepada peserta didik menyampaikan handoutnya.

Secara terminologi Guide Note Taking adalah strategi dimana seorang guru menyiapkan suatu bagan, skema (handout) sebagai media yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan ketika seorang guru sedang menyampaikan pelajaran dengan metode ceramah. Tujuan strategi Guide Note Taking adalah agar metode ceramah yang dikembangkan oleh guru mendapat perhatian siswa, terutama pada kelas yang jumlah siswanya cukup banyak (Zaini dkk, 2008).

a. Karakteristik Pembelajaran Guide Note Taking
Silberman (2006), menjelaskan bahwa berceramah merupakan metode yang tidak dapat dipisahkan dari strategi Guide Note Taking. Beberapa metode yang dapat dilakukan guru untuk mengefektifkan metode ceramah, yaitu :

1. Membangkitkan minat siswa
  • Memapaparkan kisah atau tayangan menarik: menyajikan anekdot yang relevan, kisah fiksi, kartun atau gambar grafis yang bisa menarik perhatian siswa terhadap apa yang akan dijelaskan.
  • Mengajukan soal cerita: mengajukan soal yang nantinya akan menjadi bahan sajian dalam penyampaian materi dengan metode ceramah.
  • Pertanyaan penguji: mengajukan pertanyaan kepada siswa (apresepsi) agar mereka termotivasi untuk mendengarkan ceramah dalam rangka mendapatkan jawabannya.
  • Memaksimalkan pemahaman dan pengingatan
  1. Headline: dengan cara menyusun kembali point-point utama dalam ceramah menjadi kata-kata kunci yang berfungsi sebagai subjudul verbal atau bantuan mengingat.
  2. Contoh dan analogi: memberikan gambaran nyata tentang gagasan dalam penceramahan dan jika memunginkan buatlah perbandingan antara materi dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
  3. Cadangan visual: menggunakan grafik lipat, transparansi, buku pegangan yang memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa yang disampaikan.
  4. Melibatkan siswa selama ceramah berlangsung
  • Tantangan kecil: melakukan interupsi ceramah secara berkala dan guru menantang siswa untuk memberikan contoh tentang konsep-konsep yang telah disajikan.
  • Latihan yang memperjelas: selama guru menyajikan materi, hendaknya guru menyelinginya dengan kegiatan-kegiatan yang memperjelas apa yang sedang disampaikan.
3. Memperkuat apa yang telah disampaikan
  • Soal penerapan: mengajukan masalah atau pertanyaan untuk dipecahkan oleh siswa berdasarkan informasi yang disampaikan selama proses pembelajaran.
  • Tinjauan siswa: memerintahkan siswa untuk meninjau isi dari penyampaian pelajaran kepada sesama siswa, atau memberi siswa tes penilaian diri 
b. Tujuan Pembelajaran Guide Note Taking 
Guide Note Taking adalah strategi dimana seorang guru menyiapkan suatu bagan, skema (handout) sebagai media yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan ketika seorang guru sedang menyampaikan pelajaran dengan metode ceramah. Tujuan strategi Guide Note Taking adalah agar metode ceramah yang dikembangkan oleh guru mendapat perhatian siswa, terutama pada kelas yang jumlah siswanya cukup banyak.

Strategi Guide Note Taking merupakan strategi yang menggunakan pendekatan pembelajaran akitf (active learning). Pembelajaran aktif (active learning) adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran tersebut.

Dari sejumlah hasil penelitian tindakan kelas yang terpublikasi dalam bentuk skripsi menunjukkan bahwa penerapan strategi Guide Note Taking cukup membantu guru dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini ditandai dengan peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui perbandingan nilai pre-test dan post-test. Strategi Guide Note Taking dianggap menyenangkan, mendukung dan membantu penyerapan materi pembelajaran pada bab-bab atau materi tertentu karena strategi ini melibatkan siswa secara aktif selama penjelasan materi yang disampaikan oleh guru berlangsung. Meski demikian strategi ini pun memiliki sejumlah keterbatasan salahsatunya ialah soal biaya yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu guru harus mampu memilih dan memilah strategi mana yang sesuai dengan materi dan keadaan siswa. Guru juga merupakan poros utama berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Karena pembelajaran yang optimal tidak bisa dilepaskan dari peran seorang guru.

3. Materi Pokok Ciri-ciri Mahluk Hidup
Menurut Sumarwan (2006) bahwa setiap mahluk hidup memiliki ciri yang berbeda-beda, walau berbeda-beda, semua mahluk hidup mempunyai memiliki persamaan ciri yang membedakannya dengan benda tak hidup.

Mahluk hidup dapat dibedakan dari benda tak hidup karena mahluk hidup mempunyai ciri yang tak dimiliki oleh benda, yakni bergerak, , makan, bernafas, iritabilitas, tumbuh, mengeluarkan zat sisa, dan berkembang biak. 

a. Bernapas 
Bernapas merupakan ciri mahluk hidup. Bernapas adalah menghirup dan mengeluarkan oksigen. Pada proses pernapasan semua mahluk hidup mengambil O2 (oksigen) kemudian mengeluarkan CO2 (karbon dioksida) dan H2O (Uap air). Oksigen yang masuk kedalam tubuh digunakan untuk proses pembakaran (oksidasi). Proses pembakaran zat makanan yang terajadi dalam tubuh dapat diikhtisarkan sebagai berikut.

Zat makanan + Oksigen + Energi + Karbondioksida + Uap air

Energi yang dihasilkan dari proses pembakaran zat makanan dimanfaatkan untuk segala aktivitas tubuh. Misalnya, energi digunakan untuk bergerak, memanaskan tubuh, dan pertumbuhan (Daroji, 2007).

Manusia bernapas dengan paru-para. Demikian pula hewan yang hidup di darat, misalnya kucing, gajah, burung dan sapi. Pada paru-parunya terdapat kantong udara tempat menyimpan udara cadangan. Udara dalam kantong udara digunakan ketika burung terbang sambil mengepakkan sayapnya. Hewan yang hidup di air umumnya bernapas dengan insang, kecuali hewan mamalia air, misalnya pans dan lumba-lumba, bernapas dengan paru-paru.

Tumbuhan mengambil oksigen melalui lubang-lubang kecil pada daun yang disebut stomata atau mulut daun. Selain itu, tunbuhail juga dapat bernapas melalui lentisel yang terdapat pada batang (Sumarwan, 2006)

No comments:

Post a Comment