Pembentukan Vokal

1. Cara Pembentukan Vokal
Istilah vokal sebenarnya merupakan vokal kardinal, yakni bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih dan dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.
a. Pembentukan vokal berdasarkan posisi bibir

Berdasarkan bentuk bibir sewaktu vocal diucapkan, vocal dibedakan atas:
  1. Vokal bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, u, o, dan a.
  2. Vokal tak bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar. Misalnya, i, e, dan
b. Pembentukan Vokal Berdasarkan Tinggi rendahnya Lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan atas : 
  1. Vokal tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang bawah merapat ke rahang atas : i dan u.
  2. Vokal madya atau tengah yang dibentuk apabila rahang bawah menjauh sedikit dari rahang atas : e dan o.
  3. Vokal rendah atau bawah yang dibentuk apabila rahang bawah diundurkan lagi sejauh-jauhnya : a.
c. Pembentukan Vokal Berdasarkan Maju mundurnya Lidah
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak atau naju mundurnya lidah, vokal dapat dibedakan atas :
  1. Vokal depan, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naikknya lidah bagian depan, seperti : i dan e.
  2. Vokal tengah, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian tengah, misalnya dan a.
  3. Vokal belakang, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya lidah bagian belakang atau pangkal lidah, seperti : u dan o.
d. Striktur
Striktur adalah keadaan bubungan profesional artikulator (aktif) dengan artikulator pasif atau titik artikulasi. Dilihat dari strikturnya, vokal dibedakan atas empat jenis, yakni vokal tertutup, vokal semi-vokal, vokal terbuka, dan vokal semi-terbuka.

2. Pembentukan Konsonan
Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni: 
1. Daerah artikulasi, 
2. Cara artikulasi, 
3. Keadaan pita suara, dan
4. Jalan keluarnya udara.

a. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Daerah Artikulasi
Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah p, b, m, dan w.
  • Konsonan lobiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah f dan v.
  • Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah t, d, dan n.
  • Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan olehe ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah s, z, r, l.
  • Konsonan palatal atau lamino-palatal, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan c, j, Ŝ, ň, dan y.
  • Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dang langit-langit lembut sebagai artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah k, g, x, dan ή.
  • Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dihailkan dengan posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glottis.
  • Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita suara terbuka terbuka lebar sehingga udara uang keluar digesekkan melalui glottis. Bunyi yang dihasilkan ialah h.

b. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi
Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, b, d, j, g, dam?

Konsonan geser atau frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang dihasilkan ialah f, v, x, h, s, Ŝ, z, dan x.

Konsonan likuida tau lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah l.

Konsonan getar atau trill, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga udara bergetar. Konsonan yang dihasilkan ialah r.

Semi-vokal, yaitu konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Misalnya, semivokal (w) dan (y). bunyi bilabial (w) dibentuk dengan tempat artikulasi yang berupa bibir atas dan bibir bawah.

c. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Posisi Pita Suara
Berdasarkan posisi pita suara atau begetar tidaknya pita suara, konsonan dapat dibedakan atas konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara. 

Konsonan bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran turut menggetarkan pita suara. Konsonan yang dihasilkan ialah m, b, v, n, d, r, ñ, j, η, g, dan R.

Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan suara. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, f, Š, x, dan h.

d. Pembentukan Konsonan Berdasarkan Jalan Keluarnya Udara
Berdasarkan jalan keluarnya udara dari rongga ujaran, konsonan dapat dibedakan atas konsonan oral dan konsonan nasal. 

Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, b, d, j, g, f, Š, x, h, r, l, w, dan y.

Konsonan nasal, yaitu konsonan yang terjadi jikaudara keluar melalui rongga hidung. Konsonan yang dihasilkan ialah m, n, ñ, dan η.

Pembentukan dan Klasifikasi Bunyi Bahasa

1. Vokal, Konsonan, dan Semivokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan.Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja.Hambatan pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi.

Kosonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat ucap.Dalam hal ini terjadi artikulasi.

Bunyi semivokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi karena pada waktu diartikulasikn belum membentuk konsonan murni.

2. Bunyi Nasal dan Oral
Bunyi nasal atau sengau dibedakan dari bunyi oral berdasarkan jalan keluarnyaarus udara.Bunyi nasal dihasilkan dengan menutup arus udara keluar melalui rongga mulut, membuka jalan agar dapt keluar melalui hidung.

Bunyi oral dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung sehingga arus udara dari paru-paru keluar melalui mulut. Selain bunyi nasal, semua bunyi vokal dan konsonan bahasa Indonesia termasuk bunyi oral.

3. Bunyi Keras dan Lunak
Bunyi keras dibedakan dari bunyi lunak berdasarkan ada tidak adanya ketegangan arus udara pada waktu bunyi itu di artikulasikan.Bunyi bahasa disebut keras apabila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara.Sebaliknya, apabila pada waktu di artikulasikan tidak di sertai ketegangan kekuatan arus udara, bunyi itu disebut lunak.

Bunyi keras mencakupi beberapa jenis bunyi seperti :
a. Bunyi letup tak bersuara (p, t, c, k).
b. Bunyi geseran tak bersuara (s).
c. Bunyi vokal.

Bunyi lunak mencakupi beberapa jenis seperti :
a. Bunyi letup bersuara (b, d, j, g). 
b. Bunyi geseran bersuara (z).
c. Bunyi nasal (m, n, ng, ny).
d. Bunyi likuida (r, l).
e. Bunyi semivokal (w, y)
f. Bunyi vokal (a, i, u, e, o)

4. Bunyi Panjang dan Pendek
Bunyi panjang dibedakan dari bunyi pendek berdasarkan lamanya bunyi tersebut diucapkn atau diartikulasikan.Vocal dan konsonan dapat dibedakan atas bunyi panjang dan bunyi pendek.

5. Bunyi Nyaring dan Tak Nyaring
Pembedaan bunyi berdasarkan derajat penyaringan itu merupakan tinjauan fonetik auditoris.Derajat penyaringanitu sendiri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan.

6. Bunyi Tunggal dan Rangkap
Bunyi tunggal dibedakan dari bunyi rangkap berdasarkan perwujudannya.Bunyi tunggal adalah sebuah bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata, sedangkan bunyi rangkap adalah dua bunyi atau lebih yang bergabung alam satu suku kata.Semua bunyi vocal dan konsonan adalah bunyi tunggal.Bunyi tunggal vocal disebut juga monoftong.

Bunyi rangkap dapat berupa diftong maupun klaster.Diftong, yang lazim disebut vokal rangkap, dibentuk apabila keadaan posisi lidah sewaktu mengucapkan bunyi vokal yang satu dengan bunyi vocal yang lainnya saling berbeda.

Klater, yang lazim disebut gugus konsonan, dibentuk apabila cara artikulasi atau tempat artikulaksi dari konsonan yang di ucapkan saling berbeda.

7. Bunyi Egresif dan Ingresif
Bunyi egresif dan ingresif dibedakan berdasrkan arus udara. Bunyi egresif dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru, sedangkan bunyi ingresif dibentuk dengan cara mengisap udara ke dalam paru-paru. Kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif.

Bunyi egresif dibedakan lagi atas bunyi egresif pulmonic dan bunyi egresif glotalik, bunyi egresif pulmonic dibentuk dengan cara mengecilkan ruangan paru-paru oleh otot paru-paru, otot perut, dan rongga dada. Hampir semua bunyi bahasa Indonesia dibentuk melalui egresif pulmonic. Bunyi egresif glotalik terbentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup sama sekali. Bunyi egresif glotalik disebut juga bunyi ejektif.

Bunyi Ingresif dibedakan ata bunyi ingresif glotalik dan bunyi ingresif velarik. Bunyi ingresif glotalik memiliki kemiripan dengan cara pembentukan bunyi egresif glotalik, hanya arus udara yang berbeda, bunyi ingresif velarik dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah ditempatkan pada langit-langit lunak.

KOMUNIKASI DAN JURNALISTIK

PERS SEBAGAI SARANA KEGIATAN JURNALISTIK
1. Pengertian dan Ciri-Ciri Pers
Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran, dan televisi siaran, sedangkan pers dalam pengertian sempit hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita.

Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm dalam bukunya yang terkenal berjudul Four Theories of the Press menyatakan bahwa pers di dunia sekarang dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu :
a. authoritarian press,
b. libertarian press,
c. social responsibility press, dan
d. Soviet Communist press

2. Fungsi Pers
a. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)
Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama.

b. Fungsi mendidik (to educate)
Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisan – tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya.

c. Fungsi menghibur (to entertain)
Hal – hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar dan majalah untuk mengimbangi berita – berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot.

d. Fungsi mempengaruhi (to influence)
Fungsinya yang keempat inilah, yakni fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

B. JURNALISTIK SEBAGAI OBJEK STUDI ILMU KOMUNIKASI
Istilah jurnalisitik berasal dari bahasa Belanda journalistiek. 

1. Ciri Surat Kabar
Ciri surat kabar adalah sebagai berikut :
a. Publisitas
Pengertian publisitas ialah bahwa surat kabar diperuntukkan umum; karenanya berita, tajuk rencana, artikel, dan lain – lain harus menyangkut kepentingan umum.

b. Universalitas
Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian – kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.

2. Sifat Surat Kabar

a. Terekam
Ini berarti bahwa berita – berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata – kata yang terdiri atas huruf – huruf, yang dicetak pada kertas.

b. Menimbulkan perangkat mental secara aktif
Karena berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf tercetak “mati” di atas kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif.

c. Pesan Menyangkut Kebutuhan Komunikan

d. Efek Sesuai Dengan Tujuan
Tujuan komunikasi melalui media surat kabar dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah tujuannya agar pembaca tahu ?
2) Apakah tujuannya agar pembaca berubah sikap dan perilakunya ?
3) Apakah tujuannya agar pembaca meningkat intelektualitasnya ?
e. Yang Harus Dilakukan Oleh Wartawan Sebagai Komunikator

KOMUNIKASI DAN HUBUNGAN MASYARAKAT

Hubungan Masyarakat Sebagai Objek Studi Ilmu Komunikasi 
Istilah “hubungan masyarakat” yang disingkat “humas” sebagai terjemahan dari istilah public relations. Public relations merupakan metode komunikasi dan objek studi ilmu komunikasi itu menjadi hubungan masyarakat.

Hubungan Masyarakat Sebagai Fungsi Manajemen 
1. Hubungan ke Dalam
Hubungan ke dalam pada umumnya adalah hubungan dengan para karyawan.

2. Hubungan ke Luar
Hubungan ke luar pada umumnya adalah hubungan yang tetap, yakni :
- hubungan dengan masyarakat sekitar (community relations),
- hubungan dengan jawatan pemerintah (government relations),
- hubungan dengan pers (press relations).

Hubungan Masyarakat dan Hubungan Manusiawi
Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Dan hubungan manusia dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang lain.

“Hubungan manusiawi dapat dilakukan untuk menghilangkan hambatan – hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian, dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia.” Demikian kata R. F. Maier dalam bukunya, Priciple of Human Relations.

Dalam kegiatan hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling, bergantung pada pendekatan (approach) yang dilakukan. Kedua jenis konseling tersebut ialah directive conseling, yakni konseling yang langsung terarah, dan non-directive conseling, yaitu konseling yang tidak langsung terarah.

KOMUNIKASI DAN ORGANISASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU ORGANISASIONAL
1. Ihwal Organisasi
Istilah “organisasi : dalam bahasa Indonesia atau organization dalam bahasa Inggris bersumber pada perkataan latin Organization yang berasal dari kata kerja bahasa latin pula, organizare, yang berarti to form as or into a whole consisting of interdependent or coordinated parts (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian – bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi).

2. Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Organisasional
a. Peranan Antarpesona (Interpersonal Roles)
1) Peranan tokoh (figurehead role)
2) Peranan pemimpin (leader role)
3) Peranan penghubung (liasion role)

b. Peranan Informasional (Informational Role)
1) Peranan monitor (monitor role)
2) Peranan penyebar (disseminator role)
3) Peranan jurubicara (spokesman role)

c. Peranan Memutuskan (Decisional Role)
Ada empat peranan yang dicakup oleh peranan-peranan memutuskan :
1) Peranan wiraswasta (enterpreneur role)
2) Peranan pengendali gangguan (disturbance handler role)
3) Peranan penentu sumber (resource allocater role)
4. Peranan perunding (negotiator role)

DIMENSI-DIMENSI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN ORGANISASI
1. Komunikasi Internal
a. Dimensi Komunikasi Internal
Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal.

b. Jenis Komunikasi Internal
Komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat diklarifikasi menjadi dua jenis, yakni :
- Komunikasi persona (personal communication)
- Komunikasi kelompok (group communication)

1) Komunikasi persona (personal communication)
Komunikasi persona ialah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara :
a. Komunikasi tatap muka (face to face communication)
b. Komunikasi bermedia (mediated communication)

2) Komunikasi kelompok (group communication)
Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka.

2. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi.

KOMUNIKASI DAN RETORIKA

RETORIKA SEBAGAI CIKAL BAKAL ILMU KOMUNIKASI
Tokoh retorika pada zaman Yunani adalah Aristoteles yang sampai kini pendapatnya banyak dikutip. Selanjutnya dia berkata bahwa keindahan bahasa hanya dipergunakan untuk empat hal yaitu yang bersifat :
1). membenarkan (corrective)
2). memerintah (instructive)
3). mendorong (sugestive)
4). mempertahankan (defensive)

Dalam membedakan bagian – bagian struktur pidato, Aristoteles hanya membaginya menjadi tiga bagian, yatu :
a. pendahuluan,
b. badan,
c. kesimpulan.

Bagi Aristoteles, retorika adalah the art of persuasion. Lalu ia mengajarkan bahwa dalam retorika, suatu uraian harus :
1). singkat,
2). jelas, 
3). meyakinkan.

PUBLISISTIK DARI MASA KE MASA
Publisistik merupakan perkembangan dari ilmu pesuratkabaran (Zeitungswissenschaft). Walter Hagemann dalam bukunya, Grundzuge der Publizistik, mendefinisikan publisistik secara singkat saja, yakni “Publizistik ist die Lehre von der öffentlichen Aussage aktueller Bewusztseinsinhalte”. Jadi, menurut Hagemann, publisistik adalah ajaran tentang pernyataan umum mengenai isi kesadaran yang aktual.

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.

Secara teoritis, pada waktu seorang pelajar melakukan intracommunication terjadi proses yang terdiri atas tiga tahap :
1) persepsi (perception),
2) ideasi (ideation),
3) transmisi (transmission).

FUNGSI STRATEGI KOMUNIKASI

FUNGSI STRATEGI KOMUNIKASI
1. Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. 

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective Communication, menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu :
a. to secure understanding,
b. to establish acceptance,
c. to motivate action

2. Korelasi Antarkomponen dalam Strategi Komunikasi
Komponen – komponen komunikasi dan faktor – faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen komunikasi :
a. Mengenali sasaran komunikasi
b. Pemilihan media komunikasi
c. Pengkajian tujuan pesan komunikasi
d. Peranan komunikator dalam komunikasi

KAITAN STRATEGI KOMUNIKASI DENGAN SISTEM KOMUNIKASI
1. Sistem Komunikasi secara Makro Vertikal
Secara makro vertikal sistem komunikasi itu dipengaruhi oleh berbagai sistem :
a. Pengaruh sistem pemerintahan
b. Pengaruh televisi dan video
c. Pengaruh direct broadcasting sattelite
d. Pengaruh new international information order

2. Sistem komunikasi secara Mikro Horizontal
Komunikasi secara mikro horiznotal adalah komunikasi sosial antarinsan dalam tingkat status sosial yang hampir sama dan terjadi dalam unit – unit yang relatif kecil, yang dibagi menjadi :
a. Komunikasi di daerah perkotaan
b. Komunikasi di daerah pedesaan

PENGERTIAN DAN PROSES KOMUNIKASI

1. Pengertian Komunikasi 
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a. Proses Komunikasi secara primer 
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media.

b. Proses Komunikasi secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

c. Unsur –unsur dalam Proses Komunikasi
Penegasan tentang unsur – unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut :
  • Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang
  • Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang
  • Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator
  • Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke pada komunikan
  • Decoding : Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya
  • Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator
  • Response : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima pesan
  • Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator
  • Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya
3. Komunikasi Massa

a. Ciri – Ciri Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). 
1) Komunikasi massa berlangsung satu arah
2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga
3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

b. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa menurut Harold D. Lasswell :
  • Pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environtment), penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat dan bagian – bagian unsur di dalamnya
  • Kolerasi unsur – unsur masyarakat ketika menanggapi lingkungan (correlation of components of society in making a response to the environment)
  • Penyebaran warisan sosial (transmission of the social inheritance). Di sini berperan para pendidik, baik dalam kehidupan rumah tangganya maupun di sekolah, yang meneruskan warisan sosial kepada keturunan berikutnya
Fungsi – fungsi komunikasi dan komunikasi massa yang begitu banyak itu dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni :
- menyampaikan informasi (to inform)
- mendidik (to educate)
- menghibur (to entertain)
- mempengaruhi (to influence)

PENGELOMPOKAN DAN PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI

Pengelompokan dan perkembangan ilmu komunikasi adalah
1. Komponen Komunikasi
  1. Komunikator (communicator)
  2. Pesan (message)
  3. Media (media)
  4. Komunikan (communicant)
  5. Efek (effect)
2.   Proses Komunikasi
  1. Proses secara primer
  2. Proses secara sekunder
3.   Bentuk Komunikasi
  1. Komunikator Persona (Personal Communication)
1)      komunikasi intrapersona (intrapersonal communication)
2)      komunikasi antarpersona (interpersonal communication)
  1. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
1)      Komunikasi kelompok kecil (small group communication) :
a)        ceramah (lecture)
b)        diskusi panel (panel discussion)
c)        simposium (symposium)
d)        forum
e)        seminar
f)          curahsaran (brainstorming)
g)        dan lain-lain
2)      Komunikasi kelompok besar (large group communication / public speaking)

  1. Komunikasi Massa (Mass Communication)
1)      pers
2)      radio
3)      televisi
4)      film
5)      dan lain-lain
  1. Komunikasi Medio (Medio Communication)
1)      surat
2)      telepon
3)      pamflet
4)      poster
5)      spanduk
6)      dan lain-lain

4.   Sifat Komunikasi
  1. Tatap muka (face-to-face)
  2. Bermedia (mediated)
  3. Verbal (verbal)
1)     lisan (oral)
2)     tulisan / cetak (written / printed)
  1. Nonverbal (non-verbal)
1)      Kial / isyarat badaniah (gestural)
2)      Bergambar (pictorial)

5.   Metode Komunikasi
  1. Jurnalistik (journalism)
1)      jurnalistik cetak (printed journalism)
2)      jurnalistik elektronik (electronic journalism)
jurnalistik radio (radio journalism)
jurnalistik televisi (television journalism)
  1. Hubungan masyarakat (public relations)
  2. Periklanan (advertising)
  3. Pameran (exhibition / exposition )
  4. Publisitas (publicity)
  5. Propaganda
  6. Perang urat saraf (psychological warfare)
  7. Penerangan
 6.   Teknik Komunikasi
  1. Komunikasi informatif (informative communication)
  2. Komunikasi persuasif (persuasive communication)
  3. Komunikasi instruktif / koersif (instructive / coersive communication)
  4. Hubungan manusiawi (human relations)
7.   Tujuan Komunikasi
  1. Perubahan sikap (attitude change)
  2. Perubahan pendapat (opinion change)
  3. Perubahan perilaku (behavior change)
  4. Perubahan sosial (social change)
 8.   Fungsi Komunikasi
  1. Menyampaikan informasi (to inform)
  2. Mendidik (to educate)
  3. Menghibur (to entertain)
  4. Mempengaruhi (to influence)
 9.   Model Komunikasi
  1. Komunikasi satu tahap (one step flow communication)
  2. Komunikasi dua tahap (two step flow communication)
  3. Komunikasi multitahap (multistep flow communication)
 10. Bidang Komunikasi
  1. Komunikasi sosial (social communication)
  2. Komunikasi manajemen / organisasional (management / organizational communication)
  3. Komunikasi perusahaan (business communication)
  4. Komunikasi politik (political communication)
  5. Komunikasi internasional (international communication)
  6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)
  7. Komunikasi pembangunan (development communication)
  8. Komunikasi lingkungan (environmental communication)
  9. Komunikasi tradisional (traditional communication)

PROSES KOMUNIKASI ORGANISASI

KOMUNIKASI INTERNAL : Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan.


Empat dimensi komunikasi internal :
1. Downward communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972): 
  1. Metode tulisan 
  2. Metode lisan 
  3. Metode tulisan diikuti lisan 
  4. Metode lisan diikuti tulisan 
2. Upward communication
Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
  • Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
  • Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
  • Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
  • Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: 
Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka 
Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai 
Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai 
Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai 

3. Horizontal communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama 

4. Interline communication
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.

Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran: 
Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung 
Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya 

KOMUNIKASI EKSTERNAL : Komunikasi antara pimpinan organisasi (perusahaan) dengan khalayak audience di luar organisasi. 
  • Komunikasi dari organisasi kepada khalayak bersifat informatif ; majalah, press release/ media release, artikel surat kabar atau majalah, pidato, brosur, poster, konferensi pers, dll.
  • Komunikasi dari khalayak kepada organisasi, misalnya: lebih berupa kritik dan saran yang diberikan dari khalayak kepada organisasi.

GAYA KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

GAYA KOMUNIKASI : Dalam pengaplikasian organisasi akan ada hubungannya dengan gaya komunikasi yang dipakai setiap orang-orang yang terlibat. Gaya komunikasi didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).

Ada enam gaya komunikasi yang akan kita bahas, yaitu:

1. The Controlling Style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.

Pihak - pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

2. The Equalitarian Style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).

Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.

Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).

Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.

Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Berikut ini adalah tabel mengenai gaya komunikasi.

Gaya Komunikasi
Komunikator
Maksud
Tujuan
The Controlling Style
Memberi perintah, butuh perhatian orang lain.
Mempersuasi orang lain.
Menggunakan kekuasaan dan wewenang.
The Equalitarian Style
Akrab, hangat.
Mestimulasi orang lain.
Menekankan pengertian bersama.
The Structuring Style
Objektif, tidak memihak.
Mensistemsasi lingkungan kerja, memantapkan struktur
Menegaskan ukuran, prosedur, aturan yang dipakai.
The Dynamic Style
Mengendalikan, agresif.
Menumbuhkan sikap untuk bertindak.
Ringkas dan singkat.
The Relinquishing Style
Bersedia menerima gagasan orang lain.
Mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
Mendukung pandangan orang lain.
The Withdrawal Style
Independen / berdiri sendiri.
Menghindari komunikasi.
Mengalihkan persoalan.

Daftar PustakaMuhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007.
Pace, R Wayne dan Faules Don F. Komunikasi Organisasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006.