Keamanan dan Perbaikan Kualitas Hidup dari LODOZ

Keamanan dan Perbaikan Kualitas Hidup dari LODOZ : Pengamatan terhadap 36 pasien yang diterapi LODOZ 5 mg menunjukkan hasil yang memuaskan dan mereka menunjukan adanya perbaikan dalam kualitas hidup selama periode terapi aktif. Tingkat perbaikan diketahui dengan membandingkan antara jumlah dan besarnya efek samping yang terjadi pada dosis terendah dengan dosis terapi. 

Pada penelitian lain yang dilakukan secara acak dengan cara "double-blind" terhadap 218 pasien yang telah dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut dosis dengan maksud untuk membandingkan pengaruh yang dihasilkan oleh LODOZ, Amlodipine, dan Enalapril terhadap penurunan tekanan darah, efek sampingnya dan pengaruhnya terhadap kualitas hidup. Parameter yang digunakan untuk mengetahui perbaikan kualitas hidup antara lain: kemampuan untuk merawat diri sendiri, penilaian terhadap tanda-tanda vital, dan nilai "Zung self-rating Depression", mula-mula pasien yang mendapatkan terapi seperti biasanya, kemudian diberikan plasebo, dan selanjutnya diberikan terapi yang optimal selama 12 minggu. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien yang diterapi dengan LODOZ dan Amlodipin memiliki kualitas hidup yang lebih baik, sedangkan pada pasien yang diterapi dengan Enalapril menunjukkan penurunan dalam kualitas hidup. Kualitas hidup ditunjukkan oleh efek samping yang terjadi dan bukan oleh menilai penurunan tekanan darah baik sistol maupun diastol yang terjadi. 

Akhir-akhir ini penelitian dilakukan pada berbagai kelompok yang diambil secara acak, untuk mengetahui perbandingan antara kegunaan dan keamanan LODOZ 2,5 mg dibandingkan dengan Amlodipin 5 mg terhadap penuruanan tekanan darah pada pasien dengan "Isolated Systolic Hypertensien" yang berusia lebih dari 60 tahun. Penilaian dilakukan dengan menilai kemampuan pasien untuk mengurus diri sendiri, dengan menggunakan indeks dari "The Psycological General Well Being", yang terdiri dari 22 pertanyaan dan pemyataan dalam rangka menilai derajat kecemasan, depresi, kesehatan, pemikiran yang positif dan vitalitas. Nilal kualitas hidup secara nyata meningkat bila dibandingkan antara awal terapi dengan setelah terapi selama 12 minggu dengan kedua macam obat diatas. Hasilnya adalah tidak ada perbedaan yang bermakna dalam perbaikan kualitas hidup antata kedua kelompok tersebut. 

Keamanan dari LODOZ 
LODOZ (2,5 mg, 5 mg dan 10 mg) mempunyai efek samping yang menyerupai plasebo dan lebih baik bila dibandingkan dengan obat anti hipertensi yang lain. Hal ini karena LODOZ menggunakan dosis HCTZ 6,25 mg, sehingga efek samping terhadap metabolik lebih ringan bila dibandingkan dengan HCTZ 25 mg, dan kadar natrium juga tidak terpengaruh. LODOZ juga terbukti tidak menyebabkan terjadinya disfungsi seksual 

pada pria. Berbagai keunggulan tersebut dapat menunjang kualitas hidup dari pasien. 

Keamanan dari LODOZ telah dibuktikan pada berbagai penelitian yang dilakukan di berbagai pus at kesehatan di Amerika Serikat. Dimana pada pasien diberiakan obat dengan dosis yang berbeda-beda dan diamati selama 12 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan ulang selama 4 minggu. Pada penelitian yang lain menunjukkan adanya efek ketergantungan terhadap Bisoprolol dan HCTZ dosis rendah pada 512 pasien yang mendapatkan terapi tunggal dengan Bisoprolol (2,5 mg, 10 mg dan 40 mg), ataupun terapi tunggal dengan HCTZ (6,25 mg dan 25 mg) ataupun pada kombinasi kedua obat tersebut maupun pada terapi dengan plasebo. 

Perbandingan antar efek samping LODOZ dengan Plasebo 

Efek samping yang sering terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi dengan LODOZ adalah pusing, asthenia serta rasa lelah yang ditemukan pada 2 % dari total pasien dan hal ini hampir sarna dengan efek samping yang diakibatkan oleh plasebo. Efek samping ini berhubungan dengan efek samping yang diakibatkan oleh β-bloker. 

LODOZ lebih efektif bila dibandingkan dengan obat antihipertensi lain 
Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa LODOZ lebih bisa diterima dengan baik bila dibandingkan dengan Ca Channel Blocker (Amlodipin) ataupun ACE inhibitor (Enalapril). Analisayang dilakukan terhadap 541 pasien menunjukkan bahwa pada minggu ke 12, paling sedikit 1 pasien mendapat efek samping dari obat yang diberikan, LODOZ (24 %), plasebo (27%),.Amlodipin (28 %) dan Enalapril (25%). Namun efek Samping ini tidak sebanding dengan efek terapi yang diberikan. Efek Samping yang terjadi pada terapi dengan LODOZ berupa sakit kepa1a (5%) danl rasa lelah (3%). Angka kejadian terjadinya edema pada pasien yang mendapat terapi dengan Amlodipin (15%) lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien yang diterapi dengan LODOZ (2%), sedangkan angka kejadian batuk pada pasien yang diterapi dengan Enalapril (5%0) lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien yang diterapi dengan LODOZ (10/30 (33%) tapi sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien yang diterapi dengan plasebo. 

Fakta penelitian lain yang membandingkan Losartan dengan Losartan/HCT atau plasebo, semua terapi berdayaguna dengan baik. Efek samping pada kelompok pasien yang diterapi dengan LODOZ 10/30 (33%), 11/30 (37%) pada kelompok pasien yang diterapi dengan Losartan maupun pada pasien yang diterapi denganLosartan/HCTZ dan 7/15 (47%) pada pasien yang diterapi dengan plasebo. Disamping itu juga ada pasien yang dikeluarkan dari penelitian karena efek samping terapi, dua diantaranya karena sesak yaitu pada pasien yang diterapi dengan Losartan dan plasebo dan seorang lagi karena sakit kepala berat yaitu pada pasien yang diterapi dengan plasebo, kemudian tiga pasien lagi ditolak karena tekanan darah yang tidak terkontrol, masing-masing kelompok satu orang. 

LODOZ bisa digunakan pada pria maupun wanita, pasien kulit hitam maupun bukan kulit hitam, serta pada pasien usia muda maupun tua. 

Tingkat keamanannya sarna pada berbagai kelompok usia 
Pemilihan obat antihipertensi sangat penting pada pasien yang tua dengan mempertimbangkan berbagai alasan, termasuk diantaranya peningkatan sensitifitas terhadap oat antihipertensi yang lain, efek farmakokinetik, interaksi dengan obat-obat anti hipertensi yang lain serta daya gunanya dalam mengendalikan tekanan darah. Faktor­faktor tersebut digunakan untuk menilai apakah terapi tersebut efektif untuk mengobati hipertensi dan kemungkinan yang minimal akan timbul efek samping serta dapat digunakan dengan dosis sekali sehari. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa LODOZ dapat diterima karena LODOZ memiliki efek samping yang minimal terhadap kadar kalium, kadar lemak dan toleransi terhadap glukosa, selain itu efeknya terhadap timbulnya akibat orthostatik hipotensi juga minimal. 

Beberapa data mendukung penggunaan LODOZ sebagai pilihan untuk pasien usia tua dengan hipertensi, karena kemampuannya dalam mengontrol tekanan darah, dimana hal ini sulit dilakukan oleh obat-obat anti hipertensi yang lain. Keamanan yang diberikan oleh LODOZ dapat dikatakan sarna pada pasien muda (usia kurang dari 60 tahun) maupun pasien tua (usia lebih dari 60 tallun). 

Pemberian LODOZ tidak mempengaruhi kadar Kalium 
Karena LODOZ menggunakan HCT 6,25 mg sehingga efek samping yang terjadi lebih ringan bila dibandingkan dengan HCT 25 mg. Secara umum kadar kalium tidak terganggu pada pasien yang menggunakan LODOZ, hipokalemi biasanya baru timbul pada kadar HCT 25 mg, selain itu LODOZ juga relatif tidak menyebabkan hiperurisemia bila dibandingkan dengan HCT 25 mg. 

Terapi dengan LODOZ juga tidak mempengaruhi kolesterol total (kurang dari 1 % bila dibandingkan dengan plasebo). Ia biasanya menimbulkan terjadinya peningkatan trigliserida (14%) dan penurunan HDL-C (5%). 

Pada penelitian yang dilakukan padta pasien "Isolated Hypertension Sistolic" yang berusia lebih dari 60 tahun yang diterapi menggunakanLODOZ 2,5 mg (n=84) dibandingkan dengan pasien yang menggunakan Amlodipin 5 mg (n=8~), tampak bahwa tidak ada perubahan yang bermkna pada total kolesterol, LDL dan HDL, trigliserida atau glukosa dan kedua perlakuan. 

LODOZ tidak menyebabkan terjadinya disfungsi seksual bila dibandingkan dengan plasebo 

Disfungsi seksual yang diakibatan oleh obat antihipertensi akan menurunkan kualitas hidup pasien sehingga pasien menjadi tidak teratur melakukan pengobatan dan akhirnya tekanan darahnya jadi tidak terkontrol. Penelitian yang dilakukan.oleh "The Veterans Affair Cooperative Study Group" pada pria yang menggunakan HCT sebagai pilihan terapi hipertensinya menunjukkan bahwa tidak terjadi disfungsi seksual pada mereka, hal ini berlawanan dengan mereka yang menggunakan β-bloker sebagai terapi. 

Untuk menerangkan efek dari berbagai macam obat antihipertensi sebagai terapi tunggal ataupun sebagai terapi kombinasi dan efek sampingnya terhadap penurunan libido dan impotensi telah dilakukan oleh gender. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 1.912 pasien hipertensi yang diberikan plasebo, Enalapril, Amlodipin, HCT, Bisoprolol atau LODOZ selama 6-12 minggu. Rata-rata angka terjadinya disfungsi seksual setelah terapi jangka pendek dengan obat antihipertensi atau plasebo adalah 2,4% pada pria (30 dari 1.251 pasien) dan 0,3% pada wanita (2 dari 661 pasien). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna angka kejadian disfungsi seksual pada pasien yang diterapi LODOZ bila dibandingkan dengan mereka yang diterapi dengan HCT, Bisoprolol, Enalapril, Amlodipin maupun plasebo. 

Rendahnya angka putus obat 
Beberapa pasien mengalami putus obat dengan LODOZ karena efek samping yang ditimbulkannya, sebagaimana yang telah dilaporkan oleh Neutel et al, sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Prisant et al, bahwa angka kejadian putus obat terhadap LODOZ sekitar 2%, dan dari hasil kombinasi kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa angka kejadian putus obat yang diakbatkan oleh LODOZ lebih kecil bila dibandingkan dengan plasebo, Amlodipine atau Enalapril. Hal ini dikarenakan efek samping yang terjadi pada mereka yang menggunakan LODOZ lebih kecil bila dibandingkan yang lain. Pada penelitian selanjutnya menunjukan bahwa angka kejadian putus obat pada penggunaan Bisoprolol 2,5 mg, HCT 6,25 mg adalah 3%" pada dosis 5 mg sebesar 2% dan 1 % pada dosis 10 mg, sedangkan pada plasebo sebesar 4%.


Daftar Pustaka
ALDERMAN MH. Which antihypertensive drungs first drug and why! JAMA. 1992; 267: 2786 - 2787.

BRUNER HR, MENHARD J, W AEBER B, et al. Treating the individual hypertensive patient: considerations on dose, sequential monotherapy and drug combinations. J Hypertens . 1990; 8: 3-11. (Editorial review)

COOK CA. Pathophysiologic and pharmacotherapy consideration in the management of the black hypertensive patient. Am Heart J. 1988; 116: 288-295.

DAHL OF B, LINDHOLM LH, HANSSON L, et al. Morbidity and mortality in the Swedish Trial in Old Patients with hypertension (STOP Hypertension). Lancet. 1991; 338: 1281-1285.

No comments:

Post a Comment