Pengertian Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan lahir belakangan dibandingkan dengan ilmu pengetahuan alam. Sosiologi merupakan bagian dari human sciences atau ilmu-ilmu manusia, seperti psikologi, sejarah, antropologi, politik, dan ekonomi. Kekhususan sosiologi adalah mempelajari perilaku masyarakat manusia yang berkaitan dengan struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimilikinya dan ditunjang bersama.
Secara etimologis sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu socius yang berarti kawan dan bahasa Yunani yaitu logos yang berarti kata atau berbicara. Jadi arti harfiah sosiologi adalah memperbincangkan teman, kemudian diperluas artinya yaitu berbicara mengenai masyarakat (Soerjono, 2003).

Batasan sederhana dari sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat. Kata masyarakat digunakan dalam konteks kehidupan bersama. Di mana  ada kehidupan bersama dan saling mempengaruhi perilakunya, di situlah ada masyarakat yang menjadi fokus kajian sosiologi. Kesatuan masyarakat memiliki berbagai ukuran, dari yang kecil seperti, keluarga, tetangga, kelurahan, hingga yang besar seperti kabupaten, provinsi,
negara dan seterusnya.

Pada dasarnya, dalam kehidupan sosial masyarakat tingkat keragaman sudah diketahui, dimana dalam fenomena kehidupan masyarakat ada persamaan atau perbedaan dalam aspek tingkat perubahan , aspek tindakan sosial atau perilaku, aspek struktur sosial, dan sebagainya. Dalam hal ini, ada sesuatu yang perlu dipelajari sekaligus dipahami tentang fenomena yang terjadi dalam masyarakat, seperti mengapa ada masyarakat yang mengalami perubahan besar serta cepat?, tapi ada juga masyarakat yang mengalami perubahan sedikit dan sangat lambat, atau mengapa manusia memiliki persamaan dan perpedaan yang sangat penting dalam hal-hal tertentu? Untuk itu perlu ada bidang ilmu yang mengkaji tentang kehidupan sosial masyarakat.

Secara umum, sosiologi mempelajari secara sistematik kehidupan bersama manusia, sejauh kehidupan itu dapat ditinjau dan diamati dengan metode empiris (Veeger, 1993). Sosiologi berusaha mencari tahu tentang
hakekat dan sebab-sebab dari berbagai pola pikiran dan tindakan manusia yang teratur dan dapat berulang (Sanderson, 2000). Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan sosial masyarakat dalam arti kehidupan bersama yang mempunyai berbagai tingkatan.

Sosiologi merupakan ilmu yang lahir dari hasil observasi dan pemikiran ilmiah manusia atas kehidupan bersama. Pemikiran ilmiah selalu berusaha menembus sampai ke latar belakang dari fenomenafenomena yang tampak. Mencari sebab-akibat dan menempatkannya dalam suatu hubungan yang lebih besar yang pada umumnya tidak langsung dapat diamati.
Misalnya, orang awam yang tidak terlatih dalam sosiologi menyaksikan kecelakaan lalu-lintas, dan memahaminya sebagai akibat ngebut. Sosiologi mempelajari sebanyak mungkin kejadian kecelakaan lalu lintas dalam waktu dan tempat yang berbeda, kemudian membuat konsep “agresif”, “frustasi” serta yang lainnya, dilanjutkan dengan menyusun teori atau hipotesis yang menyatakan frustasi membuat orang agresif, dan sikap agresif itulah yang menyabkan kecelakaan lalu-lintas.

Akhirnya hipotesis tersebut diuji/dibuktikan di lapangan, apakah hipotesisnya bisa diterima atau ditolak.
Obyek sosiologi adalah manusia. Berbeda dengan pengetahuan alam yang objeknya benda, manusia dengan perilakunya sulit untuk dipahami dan dimengerti karena mempunyai perilaku yang selakigus bercirikan individual dan sosial. Disatu pihak, ia menghayati dirinya sebagai pusat aksi atau kegiatan yang tiada rangkapnya dipihak lain ia berpikir dan bertindak dengan berpangkal pada suatu pola budaya serta struktur tertentu yang memberi arah, makna, dan bentuk pada kegiatannya dan membentuk suatu keseragaman dan keteraturan (Veeger, 1993). Jadi manusia adalah persilangan antara individualitas dan sosialitas. Dalam konsep baru sosiologi, individu dan masyarakat tidak mungkin dipisah-pisahkan satu dari yang lain. Kebebasan sebagai individu tidak mungkin dipikirkan tanpa ikatan dan keterkaitan dengan orang lain. Independensi sebagai individu tidak mungkin ada tanpa dependensi dari masyarakat Tanpa individu tidak ada masyarakat, tanpa masyarakat tidak ada individu ( Veeger, 1993:9 ).

Kajian ilmiah dalam sosiologi di arahkan pada struktur atau statika sosial dan proses atau dinamika sosial. Kehidupan bersama memiliki struktur, ditunjang oleh peraturan-peraturan, pola hirarki, dan lokasi tertentu. Ketiganya menghasilkan kemantapan dan kepastian yang mencirikan kehidupan bersama. Sedangkan proses sosial adalah tindakan-tindakan orang yang secara berkesinambungan menuju pertahanan atau perubahan. Setiap kehidupan bersama memperlihatkan suatu ketegangan, setidaknya laten di bawah permukaan antara struktur dan proses. Selalu ada pihak yang hendak mempertahankan struktur lama, dan pihak yang ingin merombaknya. 

Sosiologi di masa lampau tidak selalu berhasil memadukan struktur dan proses sosial, sehinga sosiologi tampak terbagi, ada yang berat ke arah struktur, namun ada juga yang menitik beratkan pada proses. Hal ini
akibat pengaruh situasi di mana sosiologi berkembang.

Misalnya tahun 1789, menyusul revolusi Perancis, masyarakat dilanda krisis moral, sebab kaidah lama dianggap tidak berlaku lagi, sementara kaidah baru belum ada. Dengan demikian ada keinginan yang besar untuk mengintegrasikan kaidah-kaidah baru yang mengatur perilaku masyarakat, maka hakikat masyarakat dicari ke dalam struktur-struktur  sosial. Emile Durkheim (1858-1917), adalah sosiolog beraliran struktural.

Situasi di Amerika Serikat sebelum tahun 1970 telah membuat banyak orang di sana mempercayai bahwa sistem dan susunan negara mereka adalah yang paling baik di dunia sehingga perlu dicontoh. Maka tidak
mengherankan sosiologi Talcott Parsons berupa “Fungsional Struktural” menjadi aliran yang dominan di Amerika Serikat. 
Sebaliknya, dimana sebagian besar orang tidak puas terhadap keadaan dan sedang memperjuangkan suatu orde yang baru, sosiologi akan menitikberatkan pada sifatnya yang dinamis atau proses kehidupan bersama. Dalam membicarakan masyarakat sering hanya disinggung sebagian aspeknya saja seperti tentang keteraturan dan kebersamaan yang sifatnya statis, padahal hidup bermasyarakat adalah suatu kegiatan atau usaha konstruktif oleh anggota-anggotanya. Mereka senantiasa  membangun dan menegakkan masyarakat, atau mengubahnya dan membangun kembali, hasilnya berupa perubahan sosial.

Dengan demikian, masyarakat bukan hanya berkaitan dengan tempat, tetapi juga proses dinamis yang terdiri dari perbuatan orang-orang yang prosesnya berlangsung terus menerus. Sering kali definisi sosiologi yang ditemukan dalam kepustakaan tidak merumuskan kedua aspek struktur dan proses dengan sama tegasnya, akibat pengaruh dari masyararat yang dikaji oleh para sosiolog tersebut.

Jadi kehidupan sosial manusia bersifat majemuk dan mengandung unsur-unsur yang berbeda, maka untuk mendefenisikan sosiologi sangat luas karena adanya perbedaan-perbedaan dalam mengkaji kehidupan manusia dari para pakar sosiologi, maka sulitlah kalau ada satu defenisi saja untuk menungkapkan semua aspek sekaligus. Untuk itu salah satu defenisi sosiologi dari Albert J. Reiss Jr (dalam Rianto, 1992) dapat
mencakup pemahaman pengertian sosiologi, ia mengatakan bahwa sosiologi adalah studi tentang perkumpulan-perkumpulan atau kelompokkelompok sosial meniru pengorganisasian atau kelembagaan mereka (institusional), pranata-pranata dan susunan organisatoris mereka, dan penyebab-penyebab serta konsekwensi dari pranta-pranata dan organisasi sosial. Unsur-unsur penting yang diselidiki dalam sosiologi
adalah: sistem-sistem soial beserta subsistem mereka, pranata-pranata sosial serta strktur sosial, dan semua perkumpulan, hubungan, kelompok, dan organisasi.

Sifat dasar sosiologi sebagai ilmu pengetahuan menurut R. Lawang (1989) adalah:
1. Empirik, berdasarkan pengamatan penalaran
2. Teoritik, hasil pengamatan yang tersusun dalam bentuk proposisiproposisi yang berhubungan secara logis
3. Komulatif, teori sosiologi berkembang dari teori yang ada melalui perbaikan, perluasan dan penghalusan.
4. Non etik, tidak menanyakan apakah suatu tindakan perilaku sosial itu baik atau tidak baik dari segi moral, sosiologi hanya bermaksud menjelaskan.

0 komentar:

Post a Comment