STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH

Tanaman Cabai : Menurut Rukmana (2001) Tanaman cabai dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annuum dan lain-lalin
Dari genus Capsicum, terdapat lebih kurang 20 – 30 spesies cabai, termasuk diantaranya lima spesies yang telah dibudidayakan. Karakteristik lima spesies cabai yang telah dibudidayakan tersebut adalah :
(1) Capsicum annuum (Capsicum annuum var. Annuum), cabai jenis atau spesies ini memiliki tangkai daun panjang; helai daun tunggal berbentuk ovale atau lanceolate, agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua, dengan tepi yang rata. Daun tumbuh pada tunas-tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun tunggal tersebut tersusun secara spiral. Bunga tumbuh tunggal atau kadang-kadang berkelompok pada setiap ruas. Pada saat anthesis, tangkai bunga umumnya merunduk. Setiap bunga mempunyai lima helai daun bunga dan lima atau enam helai mahkota bunga yang berwarna putih susu atau kadang-kadang ungu. Bunga cabai mempunyai satu kepala putih (stigma), berbentuk bulat, dengan benang sari yang berjumlah enam buah.
Daging buah umumnya renyah atau kadang-kadang lunak. Biji berwarna kuning muda. Jenis cabai ini bersifat fasciculate, yaitu sifat tanaman yang buku-bukunya memendek dan terdapat 4 – 8 bunga atau buah pada satu ruas. Jenis cabai ini memiliki jumlah kromosom 2n = 24.
(2) Capsicum frutescens, cabai jenis ini mempunyai tangkai daun pendek, helai daun tungal berbentul ovale, pundak lebar, berwarna hijau atau agak cokelat-keunguan dan mengkilat. Bunganya tumbuh tunggal atau kadangkadang bersifat fasciculate. Tangkai bunga tegak saat anthesis, tetapi dengan kuntum bunga yang merunduk. Mahkota bunga berwarna putih kehijauhijauan tanpa bintik kuning pada dasar cuping. Calyx tidak bergelombang dan cuping bunga hampir rata. Daging buah umumnya lunak, dan posisi buah tegak ke atas. Biji berwarna kuning padi. Jumlah kromosom jenis cabai ini adalah 2n = 24.
(3) Capsicum chinens, sifat tanaman cabai jenis ini hampir sama dengan capsicum annuum. Perbedaan hanya terletak pada sifat bunganya saja. 

Bunga Capsicum chinens berjumlah dua atau lebih pada setiap ruas, namun kadang-kadang tunggal, dan bersifat bunga majemuk. Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis. Mahkota bunga berwarna putih kehijauan, kadang-kadang berwarna putih susu atau ungu, tanpa bintik kuning pada dasar cuping bunga.

Pada buah matang, posisi calyx biasanya berlekuk. Daging buah renyah. Biji berwarna kuning jerami. Jumlah kromosom cabai jenis ini adalah 2n = 24.
(4) Capsicum baccatum (capsicum baccatum var. Pendulum, cabai jenis ini mempunyai tangkai daun yang panjang. Bunga tumbuh tunggal, tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis. Mahkota bunga berwarna putih kehijauan, terdapat bintik kuning atau hijau pada dasar cuping bunga.
Pada buah matang, posisi calyx mempunyai lekukan. Daging buah renyah, biji berwarna kuning mengkilat. Jumlah kromosom cabai jenis ini adalah 2n = 24.
(5) Capsicum pubescens, cabai jenis ini mempunyai bunga tunggal, tangkai bunga tegak saat anthesis, tetapi bunga merunduk. Mahkota bunga berwarna ungu, namun ada yang berwarna putih pada ujung cuping, tanpa bintik kungin pada sarr cuping bunga. Pada buah matang, keadaan calyx tidak mepunyai lekukan. Biji berwarna hitam. Cabai jenis ini memiliki jumlah kromosom 2n = 24 (Rukmana, 2001).
Cabai merah (Capsicum annuum, L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang tergolong tanaman semusim. Tanamannya berbentuk perdu dengan ketinggian antara 70 – 110 cm. Ukuran dan bentuk buah pada umumnya besar dan panjang dengan berat buah bervariasi tergantung varietasnya (Samadi, 2007). Organ-organ tanaman yang penting pada tanaman cabai adalah sebagai berikut :

a Batang
Batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu. Pada ketinggian batang tertentu akan membentuk percabangan seperti huruf Y. Batangnya berbentuk silindris, berukuran diameter kecil dengan daun lebar
b Daun
Daun cabai berbentuk lonjong yang berukuran panjang 8 – 12 cm, lebar 3 – 5 cm dan dibagian pangkal dan ujung daun meruncing. Panjang tangkai daunnya berkisar 2 – 4 cm yang melekat pada percabangan, sedangkan tulang daunnya berbentuk menyirip.
c Akar
Akar tanaman cabai tumbuh menyebar dalam tanah terutama akar cabang dan akar rambut. Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus tanah sampai kedalaman 25 – 30 cm, oleh karena itu penggemburan tanah harus dilakukan sampai kedalaman tersebut agar perkembangan akar lebih sempurna.
d Bunga
Bunga cabai termasuk berkelamin 2, karena pada satu bunga terdapat kepala sari dan kepala putik. Bunga cabai tersusun dari tangkai bunga yang berukuran panjang 1 – 2 cm, kelopak bunga, mahkota bunga dan alat kelamin yang meliputi kepala sari dan kepala putik.
e Buah
Buah cabai jenis hibrida kebanyakan berbentuk memanjang yang berukuran panjang dan lebar sangat bervariasi, tergantung varietasnya. 

Buah cabai biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun dengan posisi buah menggantung. Berat cabai merah bervariasi sekitar 5 – 25 g. Buah cabai oleh masyarakat banyak digunakan sebagai bahan penyedap berbagai masakan, oleh perusahaan sebagai bahan baku industri makanan seperti pada perusahaan mie instan, perusahaan makanan dan perusahaan sambal. Minyak atsiri yang terkandung dalam cabai sangat bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan karena bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti pegal-pegal, sesak nafas, obat kuat untuk kaum adam dan beberapa penyakit lainnya.
Zat capsaicin yang terdapat dalam cabai bisa merangsang burung untuk mengoceh, sehingga buah cabai juga dimanfaatkan sebagai campuran bahan makanan ternak. Dari segi gizi, ternyata buah cabai mengandung nilai
gizi yang cukup tinggi seperti terlihat pada Tabel 2 (Rukmana, 2001).
Tabel 2. Kandungan Gizi Buah Cabai Tiap 100 g 

Cabai mengandung capsaicin yang berfungsi untuk menstimulir detektor panas dalam kelenjar hypothalmus sehingga mengakibatkan perasaan tetap sejuk walaupun di udara yang panas. Penelitian lain menunjukkan bahwa capsaicin dapat menghalangi bahaya pada sel trachea, bronchial, dan bronchoconstriction yang disebabkan oleh asap rokok dan polutan lainnya. Hal ini berarti cabai sangat baik bagi penderita asma dan
hipersensitif udara. Capsaicin juga dipergunakan dalam pembuatan krim obat gosok antirematik maupun dalam bentuk Koyo Cabai. Penggunaan capsaicin di kalangan pecinta burung ocehan konon dapat membantu merangsang burung-burung ocehan lebih aktif mengoceh.

Selain capsaicin, cabai pun mengandung zat mucokinetik. Zat ini dikenal sebagai zat yang mampu mengatur, mengurangi, atau mengeluarkan lendir dari paru-paru. Oleh karena itu, cabai sangat membantu penderita bronchitis, masuk angin, influenza, sinusitus dan asma dalam pengeluaran lendir.

Vitamin adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, tetapi penting untuk mempertahankan gizi yang normal. Vitamin diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, sayuran dan buah-buahan. Terdapat 2 golongan vitamin, yaitu yang larut dalam air seperti vitamin C dan vitamin B kompleks; dan yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K (Anonim, 1988).
Vitamin C (asam askorbat) banyak diperlukan dalam metabolisme. Berfungsi dalam proses oksidasi/reduksi intrasel. Vitamin C bersifat mudah larut dalam air, mudah rusak karena pemanasan dan tahan pembekuan.
Dalam bentuk kimia aslinya jika kering vitamin C betul – betul stabil. Jika dalam larutan seperti dalam pangan bahan tersebut paling tidak stabil dibanding dengan zat gizi lain. (Suhardjo, 1986). Sumber vitamin C yang
terbaik adalah jeruk, arbei, semangka, tomat, cabe hijau dan sayur-sayuran berdaun hijau (Martin et al., 1983). Menurut Cantaron dan Benard, Biosintesis vitamin nampak seperti pada Illustrasi 1.

Asam askorbat berfungsi sebagai kofaktor pada reaksi hidroksilasi. Sampai saat ini bentuk koenzim untuk vitamin C belum diketahui. Untuk vitamin B2 (Riboflavin) bentuk koenzimnya adalah flavin mono nukleotida
(Buletin, 1997).
Cabai mengandung zat gizi yang cukup lengkap, juga mengandung zat-zat fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralisir radikal bebas yang mempercepat proses penuaan dan membuat tubuh menjadi rentan terhadap berbagai gangguan penyakit. Selain itu berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan akibat kerusakan seperti ketengikan, perubahan nilai
gizi, perubahan warna dan aroma serta kerusakan fisik lain pada produk pangan (Trubus, 2003).

Vitamin C merupakan antioksidan paling penting yang bekerja dalam cairan ekstraceluler karena vitamin ini mempunyai sifat kelarutan yang tinggi dalam air (Winarno, 1991).
Flavonoid merupakan senyawa fenol terbanyak yang ditemukan dalam alam. Flavonoid pada cabai dalam bentuk flavonool terutama kuersetin dan myrisetin.
Karotenoid merupakan senyawa tetua penoid yang larut dalam lemak. Pada tumbuhan berfungsi sebagai pigmen pembantu dalam fotosintesa dan sebagai pigmen pewarna dalam bunga dan buah. Senyawa karotenoid yang berperan dalam cabai adalah Beta-Karoten dan Kapshantin.

Untuk keadaan iklim yang dibutuhkan tanaman cabai, umumnya dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan + 2.000 m dpl. Temperatur yang baik untuk pertumbuhan antara 24 – 27ºC sedangkan untuk pembentukan buah pada kisaran 16 – 23ºC. Cuaca yang panas dapat mengakibatkan serbuk sari menjadi mandul dan menurunkan pembentukan buah. Suhu siang hari yang tinggi (diatas 32ºC) mungkin menyebabkan transpirasi yang berlebihan yang selanjutnya diikuti dengan keguguran tunas, bunga, buah serta mungkin buah mengalami luka bakar. Suhu tanah secara langsung berkaitan dengan penyerapan unsur hara terutama fosfor dan nitrogen. Penurunan suhu secara mendadak pada saat pembungaan (dibawah 16ºC) dapat juga mengakibatkan kegagalan pembentukan buah atau menghasilkan buah yang partenocarpi (Samadi, 2007).

Pada umumnya tanaman cabai cukup sesuai pada daerah yang mempunyai curah hujan 600 – 1200 mm per tahun. Curah hujan yang berlebihan mempengaruhi pembungaan dan pembuahan dan mungkin juga mendorong pembusukan buah. Sebaliknya bila kekurangan air dapat juga mengakibatkan terjadinya keguguran tunas dan bunga. Cabai besar biasanya diperlakukan sebagai tanaman yang suka terhadap air, sehingga sistem pertanaman yang sangat intensif dan komersial biasanya melibatkan penggunaan irigasi tambahan selama periode kering, namun demikian tanaman cabai tergolong netral terhadap panjang hari.

Selanjutnya dikatakan oleh Samadi, 2007 bahwa dilihat dari keadaan tanah, ternyata tanah yang cocok untuk budidaya pertanian umumnya cocok pula untuk tanaman cabai. Namun yang ideal adalah jenis tanah Andosol, Latosol dan Regusol yang subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek, bebas cacing/ nematoda dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5,5 – 6,8 karena dibawah atau diatasnya akan menghasilkan produksi yang kurang baik.

Tanaman cabai yang ditanam dari biji yang ditanam dipersemaian dan dipindahkan bila tinggi telah mencapai 8 – 10 cm, dengan jarak tanam 60 – 80 cm antar barisan dan 35 – 45 cm dalam barisan atau 50 – 60 cm X
50 – 60 cm. Buah pertama dipanen pada umur 50 – 80 hari setelah tanam, tergantung pada periode masak dari kultivar, dan pemetikan berlanjut sampai lebih dari 60 hari.

Daftar Bacaan
- Kuncoro, M. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Penerbit Erlangga. Jakarta.
- Martin, J., F. Mayes, and Rodwell. 1983. Biokimia. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Indonesia.
- Mubyarto, 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta
- PT. Ichtiar Baru. 1988. Ensiklopedi Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve. Jakarta.
- Rustiadi. E dan S. Hadi, 2004. Pengembangan Agropolitan Sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan dan  Pembangunan Berimbang. P4W – IPB danP3PT. Bogor.

0 komentar:

Post a Comment